بِسْــــــــــــــــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
Trijono yang ditemui pada Kamis (12/4/2012) mengungkapkan, dia telah menguji temuannya berdasarkan dokumen dan catatan sejarah Dubois.
Dia yakin, lokasi itulah yang merupakan lokasi kerja Dubois yang menemukan tengkorak manusia purba Homo wajakensis (manusia purba yg sudah mempunyai bentuk seperti Homo Sapiens) pada tahun 1889.
Homo artinya Manusia, jadi didaerah pulas Jawa sudah ada dua jenis manusia purba, yaitu: Homo (Erectus) Soloensis atau yang dikenal juga sebagai Solo Man, dan yang kedua adalah Homo (Erectus) Wajakensis. Homo Soloensis artinya manusia dari Solo. Fosil ini ditemukan oleh Ter Haar dan Oppenort didaerah Ngandong Lembah Bengawan Solo.
Homo artinya Manusia, jadi didaerah pulas Jawa sudah ada dua jenis manusia purba, yaitu: Homo (Erectus) Soloensis atau yang dikenal juga sebagai Solo Man, dan yang kedua adalah Homo (Erectus) Wajakensis. Homo Soloensis artinya manusia dari Solo. Fosil ini ditemukan oleh Ter Haar dan Oppenort didaerah Ngandong Lembah Bengawan Solo.
Sedangkan Homo Wajakensis artinya manusia dari Wajak. Fosil ini ditemukan di desa Wajak dekat Tulungagung Jawa Timur oleh Eugene Dubois tahun 1889, mirip dengan penduduk asli Australia.
Jadi urut-urutan manusia purba di Jawa dari yang lebih tua: Meganthropus, Pithecanthropus, Homo. Dengan demikian, situs-situs manusia Jawa yang ditemukan Dubois kian lengkap bersama lokasi temuan Dubois lainnya di Trinil, Ngawi, Jawa Timur, dan di Sangiran, Solo, Jawa Tengah.
“Tentu saja lokasi ini memerlukan sebuah pengujian lengkap dan menyeluruh dari para pakar prasejarah untuk memastikan kebenarannya. Saat ini, tim dari Universitas Gadjah Mada sudah berencana melakukan ekspedisi ke goa ini, selain ekspedisi ke lokasi purbakala lainnya di Tulungagung, pada awal Mei 2012 untuk memastikannya,” tutur Trijono.
Sumber informasi mengenai karya Dubois ditulis oleh sejarawan Paul Strom dalam buku yang terbit tahun 1995, Scriptura Geologica, the Evolutionary Significance of the Wajak Skull National Natuurhistorisch Museum, Geboren te’s Gravenhage. Setelah membaca buku itu, Trijono menelusuri lokasi tersebut bersama tim Kajian Sejarah Sosial dan Budaya (KS2B) yang dipimpinnya.
Menurut dia, selama ini entah mengapa lokasi kerja Dubois ini tak dikenal lagi oleh masyarakat ilmiah dan masyarakat Tulungagung. Hanya dua lokasi kerja Dubois yang dikenal, yakni di Trinil dan Sangiran, yang kini sudah didirikan museum.
“Mengapa bisa dilupakan dan malah tidak diketahui keberadaaannya, saya tidak paham. Saya datang ke Tulungagung tahun 2004 karena diterima bekerja sebagai guru Sejarah di MAN 1. Sejak itu saya mencari-cari, bukan hanya goa Homo wajakensis saja, melainkan juga semua situs sejarah yang lain, termasuk sembilan situs sejarah Majapahit,” ungkapnya.
Kini, Wajak adalah nama kecamatan. Itu sebabnya, spesies manusia prasejarah itu dinamai wajakensis.
“Lalu, pertanyaan saya, di mana Tulungagung masa 1889? Wajak hanya berjarak 15 kilometer dari Tulungagung. Mengapa tidak dinamai tulungagungensis? Kami belum selesai menjawab soal itu,” katanya.
Buku itu kemudian menuntun Trijono hingga ke goa tempat Dubois menemukan tengkorak manusia purba. Salah satu yang paling meyakinkan, Trijono menemukan tugu pabrik marmer zaman Belanda.
Dalam laporannya, Dubois menyebutkan, goa manusia purba itu berada di depan tugu marmer tersebut. “Tugu itu saya temukan, persis seperti penjelasan Dubois. Kalau masa sekarang, tugu marmer itu penanda lokasi, seperti kira-kira koordinat GPS,” ujar Trijono.
Di lokasi-lokasi kerjanya, Dubois mengisi waktu senggang setelah selesai bekerja dengan mencari temuan-temuan purbakala, termasuk saat bekerja di Wajak, Tulungagung.
Kepala Dinas Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga Tulungagung Hendri Sugiarti menjelaskan, pihaknya menyambut sangat baik temuan ini dan kini malah sudah menyiapkan pembuatan monumen di lokasi tersebut.
“Saat ini, kami menyambut kedatangan tim besar prasejarah dari Universitas Gadjah Mada yang hendak melakukan eksplorasi dan penelitian di bekas goa Dubois. Kami berharap akan bisa membuat museum serta menyiapkan sarana dan prasarana untuk menjadikannya lokasi wisata ilmiah. Namun, itu masih akan dibahas oleh pemkab,” katanya. (Kompas/athenapub/berbagai sumber/icc.wp.com)
0 comments:
Post a Comment
Blog ini dofollow , jadi coment saja jika ingin dapat backlink
tapi ada syaratnya bro/sis :
=>> Dilarang Keras coment yang menyinggung SARA
=>> Coment bebas , terutama kritik dan Saran